Pembagian Raport...

Aku merasa lebih nyaman menyambut hari Minggu ini. Sudah ada kegiatan yang pasti: mengunjungi anak-anak di sanggar belajar Komunitas Cakung. Seperti dua minggu lalu, aku jemput Ikka di Cempaka Putih. Kali ini aku tepat waktu.Laju dari Cempaka Putih menuju Cakung pun terasa lebih lancar, meski di beberapa titik aku jumpai kendaraan yang tersendat.

Masuk ke Jalan Kayu Tinggi, aku sudah melihat angkot merah yang akan lewat di Komunitas Cakung. Merah yang genit menurutku. Jalanan masih basah dibilas sisa gerimis yang baru beberapa saat berhenti. Anomali cuaca sepertinya. Wiper mobil masih meliuk ke kanan dan ke kiri. Aku tidak lagi menghitung steam mobil, rasanya aku sudah hafal di mana mesti berhenti nanti. Toko roti, kios pulsa, tempat belajar PAUD, laundry, toko kelontong, tempat jualan jus buah, toko material, salon, tempat embroderi. Mataku seakan memindai deretan kios dan warung yang aku lewati. Aku sempat melirik sekolah Intan.

Mendadak motor yang dikendarai dua remaja oleng di depanku. Reflek mobil segera aku hentikan. Mungkin anak laki-laki di boncengan tidak bisa seimbangkan bawaan mereka, bawang putih kupas. Untung saja bawang putih kupas yang di dalam kantong beras tak ikut tumpah. Mereka hanya nyengir saja. Bawang kupas yang mungkin dikerjakan ibu mereka seharian.

”Aku rela jadi hujan, kalau kemarau hatimu.......” lengkingan lagu dangdut dari radio yang disetel siang itu seakan menyambutku di lorong masuk ke Komunitas Cakung. Kali ini adalah kunjungan kedua bagiku.

Aku hanya senyum saja mendengar lagu itu. Agak geli saja rasanya.

***
Hari ini aku bertemu muka dengan Kak Debby. Aku pikir orangnya tinggi besar dan tegas. Ternyata Kak Debby kecil saja perawakannya. Tutur katanya sangat halus. Tapi soal ketegasan tak bisa kusangsikan.

Kami bersalaman di rumah orang tua Zidan yang siang itu dipakai untuk lomba memasak.Emper rumah dihiasai dengan bale-bale sederhana. Di sebelahnya disiapkan kompor gas yang sudah memangku satu wajan besar dan satu panci berisi air, beras dan ubi. Dibumbuinya bahan-bahan tadi dengan jahe, serai dan daun pandan. Siang itu mereka ujian praktik masak bubur Manado.

“Wah serai ini ngajak berantem rupanya,” spontan Ondo, adik Esther mengucapkan kalimat itu. Semua tertawa melihat adukan Ondo yang terbelit daun serai. Dia pun beralih ke aktifitas lain.

Ia memasukkan terasi ke nyala kompor. Sayang terasi tak ditusuk besi, jadinya masuk ke sisi dalam nyala kompor. Besi yang ia pegang tidak bisa menjangkaunya. Kami semua tertawa, terlebih bau terasi sudah sangat menyengat. Wah bisa kubayangkan lezatnya bubur Manado dengan sambal terasi. Makanan kesukaanku.

Aku pamit sejenak ke Kak Debby. Kali ini menuju rumah Esther. Di sana sudah ada Rika, Uju dan Uwi. Mereka sibuk menebalkan huruf-huruf di atas kertas Buffalo hijau muda.
”Evaluasi Belajar Komunitas Anak Cakung Kategori III dan IV, Jakarta 20 Juni 2010” Tulisan itu yang sempat aku baca. Bertiga sedang sibuk menyiapkan raport untuk anak-anak yang belajar di Komunitas Cakung.

Di ruang belajar riuh suara anak-anak kecil. Mereka disibukkan dengan lomba mewarnai, lomba gambar dan membuat pigura. Tadi sempat aku lihat Mama Erni – Ibunya Intan di sana, menunggu Intan menyelesaikan piguranya. Anak-anak lain juga ditunggui orang tuanya.
Intan mendapat nilai 74 untuk pelajaran yang dinilai: bahasa Inggris, matematika, bahasa Indonesia. Ia salah menuliskan burung dalam bahasa Inggris menjadi brid, padahal harusnya bird. Total nilai Dirno 15, Pedro mendapat 30.

“Yang dinilai bukan hanya pelajaran saja, tetapi lebih penting sikap, tanggung jawab dan kepribadian anak. Itu bedanya dengan sekolah umum,” ujar Kak Debby saat pembagian raport siang itu.

Raport ini dibagikan tiap empat bulan.
***
Gadis kecil berambut merah Lina dan Lini baru saja selesai menggambar. Kiki menggambar busway, jalan, bunga dan orang. Pensil warna hitam tumpul tak bisa ia gunakan.

Adit menggambar durian warna kuning dan hijau. Selain rambut merahnya, kini di dahinya dihiasai dengan bisul yang siap pecah. Ah miris melihatnya. Pasti meradang rasanya. Tapi ia tetap ceria. Dan selalu nempel di dekatku.

Nanti aku cerita lagi ya serunya pembagian raport siang itu...

No Response to "Pembagian Raport..."

Post a Comment

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes