Ketulusan di Museum Bank Mandiri

Sabtu, 24 Juli 2010. Menegangkan pagi itu buat aku. Rizky memang sudah menyebarkan undangan ke berbagai milis. Tak sedikit yang confirm datang. Ikka sudah sejak pagi tadi di Museum Bank Mandiri. Ia ingin memastikan pekerjaannya dengan Rizky dan beberapa teman lain memuaskan. Rizky masih sembab matanya tapi berhasil bangun pagi juga.

Hubungan baik Ikka dengan teman-teman di Museum Bank Mandiri membawa banyak keuntungan. Kami bisa meminjam panel hitam lengkap dengan lampu sorotnya. Masih pula diberi kertas putih agar foto-foto tak berbingkai tampil lebih variatif. Ikka menghias dengan puisi yang dibuat sahabat-sahabat kecilku di Cakung. Tak lupa mereka juga menyiapkan 25 foto karya anak-anak Cakung ketika kami membuat workshop fotografi untuk mereka. Keanggunan Museum Bank Mandiri disempurnakan dengan karpet merah yang diletakkan di bawah panel bersorot tersebut. Sederhana tapi cantik menurutku.

Keesokan harinya, sejak jam tujuh pagi mereka berdua sudah stand by lagi di tempat pameran. Ikka membenahi tampilan bingkai-bingkai foto tersebut. Risky memastikan buku tamu sudah di tempatnya. Aku baru saja meluncur dari pemotretan Bandung. Jam sembilan lebih aku baru sampai di Museum Mandiri. Kagum aku dengan hasil kerja Ikka, Rizky dan Alex.

***

Tidak ada kata sambutan dan gunting pita. Menyelesaikan semua panel foto ini saja sudah membuat Ikka dan Rizky nyaris ambruk. ”Ikka, pray for the best ya,” ujarku dengan Ikka ketika dia duduk di kursi panjang museum melepaskan segala penatnya. ”Kita sudah lakukan yang terbaik San, serahkan saja sisanya ke yang Maha Pengatur,” balasnya kalem. Benar juga ya. Yang penting niatan kami baik untuk menyelenggarakan pameran ini.

Tamu pertama pun muncul. Rombongan keluarga dari Cimanggis. Sebetulnya mereka bukan bertujuan melihat pameran ini, tetapi mengunjungi museum. Poster menarik yang dibuat Ikkalah yang membuat langkahnya memperhatikan foto-foto tersebut.

“Benar ini anak-anak Cakung? Apa yang mereka perlukan?” tanya sang ayah. Ikka menjawab berbagai tanya dari keluarga ini. Aku menyambut tamu lain. Sepasang muda-mudi. Mereka mengenaliku di situs jejaring. ”Wah keren mbak fotonya,” puji mereka. Dua tiga tamu lagi kami temani dan jelaskan tentang kondisi teman-teman kecil kami di Cakung. Oh iya, Sabtu itu ada Githa. Ia banyak membantu mengurus pernak pernik yang terlewat, termasuk menyediakan tempat kartu nama dan kotak untuk donasi.

Seorang Ibu datang. Ia tahu kegiatan ini dari Facebook. Di tangannya ada setumpuk buku Donald, majalah dan buku-buku puisi. “Saya tidak tahu apa yang mereka perlukan, tetapi mudah-mudahan buku-buku ini bisa banyak membantu,” ujarnya tulus. Githa menerima bingkisan tersebut. Menemaninya berkeliling. Ah aku terharu dengan sikap sederhananya. Selain buku, dari tamu yang berkunjung, kotak donasi Githa pun sudah terisi.

Hudép lam dǒnya

Hudép lam dǒnya sigo thô reu-ôh
Miseue tapiôh yub kayèe raya
Han jan tathèe-thèe nyawong ka putôh
Ka tinggai tubôh han sakan guna

Hudép lam dǒnya beuna ibadat
Beukai akhirat sinöe tamita
Ubé na dèesya bandum tatèebat
Uroë akhiran asoë syeuruga

***

Hidup di dunia sekali berpeluh
Bagai berteduh di pohon rindang
Tanpa diduga nyawa menghilang
Tinggalah tubuh tak berguna

Hidup di dunia harus bertobat
Bekal di akhirat cari di sini
Setulus kita bisa bertaubat
Hari akhirat mengisi surga

Puisi sederhana yang terselip dalam buku-buku yang dibawa sang Ibu tadi menarik perhatianku. Benar ya, apa arti bila hidup tak punya makna. ”Saya punya banyak kartu seperti ini. Ada berapa jumlah anak di sana? Nanti saya bawakan lagi,” ujarnya ketika akan beranjak pulang. ”Ajak saya ke Cakung ya,” pintanya.

Tanpa terasa buku tamu sudah terisi lembar demi lembar. Ada yang dari Bekasi, Grogol, Cengkaeng, Depok, Rawamangun, Cibubur, Slipi, Tanjung Priuk, Cimanggis, Manggarai, Tebet, dan masih banyak lagi daerah-daerah di Jakarta yang datang mengunjungi pameran kami. Waktu berlalu sangat cepat. Rasanya belum puas hanya bisa pameran satu hari. Tapi baru itu yang bisa kami lakukan. Haru rasanya waktu harus menurunkan kembali bingkai-bingkai itu dari panel.

***

“Ikka, dapat berapa?” tanyaku pelan, deg-degan aku menanyakan jumlah donasi yang kami dapat dari kegiatan sehari itu.
“Sepertinya belum banyak San,” balasnya.
”Tidak apa-apa. Ini usaha pertama kita. Simpan ya,” ujarku menyemangati. Benakku berputar cepat sekali. Apalagi ya yang bisa kami lakukan untuk sahabat-sahabat kecil kami.

5 Response to "Ketulusan di Museum Bank Mandiri"

iqbal rekarupa said...

semoga berkah, perjuangan tulus dan konsisten
insyaalloh akan mendapat jalan keluar yang mencengangkan

email
iqbal@rekarupa.net

081 7941 7881

Nita said...

salut dgn kerja kalian, Sasan dkk...
semoga terus diberi kemudahan saling berbagi utk anak2 itu ya...:)

btw foto2nya termasuk yg di header ya?
bagus2 :)

-Nita-

Unknown said...

please infonya lokasi dan kegiatan berikutnya....
apakah ada agenda rutin utk disana?

mail: a.nugroho.b@gmail.com

Sasan said...

terimakasih yah teman-teman inilah bukti dari semuanya , akhirnya hasil kerja keras aku datang dari mana-mana terimakasih buat teman-teman yang telah membantu

Anonymous said...

Dear Mba Sasan,
aku baru saja mampir ke blog ini, dan sangat terharu melihat cerita anak- anak Cakung.
Kasus malnutrisi ini memang masih banyak menimpa anak- anak Indonesia bkn hanya di pedalaman ya Mba, tapi juga ternyata di sekitar kita (di perkotaan).

Share sedikit, saya pun pernah terlibat dalam aktivitas seperti ini di Tango Peduli Gizi Anak Indonesia yang diadakan di Nias dan NTT. Keadaan anak- anak disana sangat memprihatinkan, yang kami temukan ada anak usia 3 tahun, 5 tahun bahkan 7 tahun dengan berat badan 3 kg, seperti bayi baru lahir. Menyedihkan.
Rumah mereka pun tak layak untuk ditinggali.

Surprise juga, ternyata keadaan yang sama pun ada di Cakung ya Mba...

Kl boleh, tolong dishare apabila ada kegiatan lagi, mungkin kita bisa bekerja sama untuk membantu mengurangi anak- anak Indonesia yang kekurangan gizi.

Bila Mba ga keberatan, silahkan mampir ke www.tangopeduligizi.com

Post a Comment

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes