I want to be your friend……

Aku merasa sedikit nyesel datang terlambat ke Komunitas Cakung Sawah. Andai saja lebih pagi, pasti banyak momen menarik yang bisa aku abadikan. Senyuman mereka, ekspresi ingin tahu, kenakalan, kekonyolan juga keseriusan dari wajah anak-anak yang tidak pernah bisa aku reka ulang. Spontanitas mereka selalu tampil menarik dalam kameraku. Ikka memang mengajakku ke sini untuk memotret komunitas ini. Pekerjaan mudah bagiku, karena memang inilah profesi satu-satunya yang paling aku sukai.

***
Dua puluhan anak duduk melingkar di atas lantai semen beralaskan karpet plastik hijau. Dari yang berumur lima tahun sampai sepuluh tahun. Senyum tak lepas dari bibir mereka. Anak-anak selalu senang kedatangan tamu. Saat dimana mereka bisa memamerkan kebolehan bernyanyi dan membuat karya. “Nama saya Kiki, umur tujuh tahun. Sekolah di sini, rumah di sono,” ujarnya sambil menunjuk ke satu arah. Yang lainnya nyengir mendengar perkenalan Kiki. “Nama saya Pipit, umur delapan tahun, rumahnya di situ.” ”Nama saya Jingga, umur enam tahun, rumah di Cakung Sawah.” ”Nama saya Prihatin, umur sepuluh tahun. Kelas empat SD Cakung Timur 08 Petang.” ”Nama saya Intan, umur tujuh tahun. Kelas 2 SD 09 pagi.

Masing-masing mengenalkan dirinya, bahkan Firman dan Soni yang baru berumur lima tahun. Anak terakhir, Dirno perlu waktu agak lama untuk memperkenalkan dirinya.

”E.........e.....diam semua, aku gak bisa ngomong kalau ramai...” ujar Dirno. Rika meminta semua diam agar Dirno bisa memperkenalkan diri. Tapi yang keluar hanya suara aaa......ee......dan garuk-garuk di kepalanya yang tidak gatal. ”Saya Dirno dari luar negeri,” celetuk seorang perempuan yang duduk di belakang Dirno, menggoda. Semua tertawa. Dirno pun makin tak siap. Perkenalanpun gagal. Rika akhirnya mengenalkan Dirno. Dia menyebutnya sebagai anak yang pemalu. Tetapi Dirno pula yang sering membuat rusuh suasana belajar.

Tepat dua puluh anak. Jumlah seluruhnya sebenarnya ada 58 anak. Tetapi yang aktif hanya 44 anak untuk belajar bersama. Dan hari itu hanya sebagian. Susah untuk membayangkan 44 anak reriungan dalam sanggar belajar yang luasnya tak lebih dari empat kali enam meter.

Tiga meja panjang jadi alas mereka menulis, menggambar atau mewarnai. Di atapnya di tutup dengan terpal biru yang disambung terpal coklat untuk teritisnya. Papan tulis putih melintang di ujung tembok. Sisi yang dekat dengan tembok rumah Ibu Yunita, sang empu rumah yang meminjamkan halaman belakang untuk kegiatan belajar - diletakkan lemari dari tripleks. Ada delapan kotak, tersusun atas bawah. Itu adalah lemari perpustakaan. Bukunya sedang didaftar Indri dan Mala, pendamping anak-anak tersebut.
***
I want to be your friend……
I want to be your friend……

A little bit more…

A little bit more……………………...


Usai kenalan, mereka menyanyikan beberapa lagu. Dan I want to be your friend adalah lagu pertama. Aku terkesima. Tak merdu memang, tapi jernih suara anak-anak itu sangat menyentuhku. Dan mereka hafal lagu bahasa asing tersebut. Lalu Twinkle twinkle little star jadi lagu kedua.
Ya aku tersentuh. Kata orang mataku seperti mata ketam, gampang sekali melelehkan air mata. Entah bahagia, terlebih sedih. Dan aku pun pura-pura tetap konsentrasi membidik segala polah mereka dari balik kameraku. Aku tidak mau air mataku tumpah karena lagu penyambutan itu. Begitu terbukanya hati mereka untuk bersahabat, sekalipun dengan orang asing yang baru dikenalnya seperti aku. Mungkin hanya kita manusia dewasa yang seringkali dipenuhi prasangka.

No Response to "I want to be your friend……"

Post a Comment

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes